Rabu, 16 Maret 2011

Reflex Anoxic Seizure (RAS)

Menangis merupakan fitrah yang melekat pada diri manusia. Bahkan bagi para balita menangis merupakan pertanda kebutuhan, bisa rasa lapar, takut atau butuh perlindungan dan dekapan kasih sayang orang tuanya. Meskipun tangisan tidak serta merta mengubah suratan, setidaknya menangis bisa melampiaskan emosi dan melegakan perasaan. Namun, bagi para penderita Reflex Anoxic Seizure (RAS), menangis memiliki arti lain. Arti menangis bagi mereka adalah bisa memicu dan menyebabkan kematian, sehingga menangis merupakan keadaan yang harus dihindari untuk bisa bertahan hidup.

Seperti yang dialami Tianna Lewis McHugh, penderita Reflex Anoxic Seizure. Bagi bocah 2 tahun yang tinggal di North Wales ini, menangis adalah pemicu kejang-kejang yang berakibat fatal, yaitu kematian. Ia tampak seolah-olah meninggal ketika dia memiliki Reflex Anoxic Seizure (RAS) atau kejang kejang mengerikan. Kulitnya tampak memutih, tubuhnya menegang, jantungnya berhenti berdetak dan ia berhenti bernapas. putri pasangan Ceri Lewis dan Andy McHugh itu, secara fisik sama seperti anak-anak seusianya. Bahkan menurut kedua orang tuanya, ia termasuk anak yang hiperaktif, banyak bicara, ceria, cerdas dan sangat aktif. Yang membedakannya dengan anak-anak balita lainnya ialah kondisi dan reaksinya terhadap rasa sakit, ketakutan dan emosinya yang begitu mengkhawatirkan jika ia sampai menangis.Ceri, ibunda Tian, seorang resepsionis hotel dari Wrexham, North Wales, mengaku histeris pertama kali melihat putrinya menangis.



Dia berkata: “Aku mengangkat tubuhnya dari kursi tingginya dan meletakkan di lantai dan dia menangis untuk kesekian detik dan kemudian dia tampak seperti telah meninggal. “mukanya tampak pucat, bibirnya dan sekitar matanya biru dan matanya berputar ke belakang di kepalanya. ‘Ketika ia kejang kejang dia berhenti bernapas dan tampak mati karena dia menegang dan punggungnya melengkung. “Saya pikir ia sudah mati.”

Ayahnya, Andy 30 tahun, seorang sales mobil, bergegas pulang dan mencoba menyadarkan putrinya dengan meletakkan mulutnya di mulut anaknya serta tangannya menutupi hidung anaknya dan mulai pernapasan buatan. “Setelah lima atau enam pukulan dia menarik napas besar dan tangisan keluar dari matanya,” katanya. Kemudian Tianna dibawa ke UGD di Rumah Sakit Wrexham Maelor, tetapi dokter tidak dapat mendiagnosa kondisinya. Dua minggu kemudian, kejang kedua berlangsung selama 2 jam, dan Tianna berjuang untuk hidup. Menurut dokter, jika Tianna terlambat ditangani 10 menit saja, ia akan meninggal atau paling tidak menderita kerusakan otak serius. Sejak usia 18 bulan, dan berhasil melewati serangan untuk ke-10 kalinya, Tianna melalui serangkaian proses diagnosa dan perawatan. Hasilnya, Tianna divonis dokter mengidap Reflex Anoxic Seizure (RAS), penyakit kejang-kejang yang mengerikan. Sebuah penyakit langka yang benar-benar bisa berakibat fatal. Tianna mengalami serangan terakhir pada Juli 2009 lalu.

Andy dan Ceri berharap ia bisa tumbuh dengan kondisi normal. ”Ketika ia mulai menangis, kita biasanya harus mengibaskan air di wajahnya untuk membawanya keluar dari perasaan itu. Dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan tapi selama 18 bulan kita telah berhati-hati dengan dirinya sehingga ia tidak akan terluka atau shock atau menangis. Dia adalah malaikat kecil kami dan hal ini membuat Anda menghargai lebih dari itu. Dia adalah hiperaktif, banyak bicara, ceria dan sangat aktif. itu sangat baik dikembangkan untuk usianya,” Tutur kedua orang tua gadis kecil itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar